Peran Mahasiswi Calon Guru dalam
Menyongsong ASEAN Community 2015
Oleh : Sukma
Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Mulawarman, 2014
E-mail : sukmaazzahrasabir94@gmail.com
Tahun 2015 sudah di depan mata, hanya
menghitung hari sehingga kita akan sampai pada masa itu. Masa dimana Indonesia
dan 9 negara ASEAN lainnya yang terdiri dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Filipina, Laos, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand akan menyongsong ASEAN Community. Kehidupan dimana ASEAN akan
menjadi pasar berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa,
investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas
diantara Negara ASEAN.
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
atau Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang didirikan di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus 1967 berdasarkan
Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Selama lebih dari empat dekade ASEAN telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan yang positif dan signifikan menuju tahapan baru yang lebih integratif
dan berwawasan ke depan dengan dibentuknya Komunitas ASEAN (ASEAN Community) pada tahun 2015. Hal ini
diperkuat dengan disahkannya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang secara khusus
akan menjadi landasan hukum dan landasan jati diri ASEAN ke depannya.
Pembentukan Komunitas
ASEAN diawali dengan komitmen para pemimpin ASEAN dengan ditandatanganinya
ASEAN Vision 2020 di Kuala Lumpur pada tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN
sebagai suatu komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang
damai, stabil dan makmur, serta dipersatukan oleh hubungan kemitraan. Tekad untuk membentuk Komunitas ASEAN kemudian
dipertegas lagi pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 dengan
ditandatanganinya ASEAN Concord II. ASEAN Concord II yang menegaskan bahwa ASEAN
akan menjadi sebuah komunitas yang aman, damai, stabil, dan sejahtera pada
tahun 2020. Bahkan, pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada
Januari 2007, komitmen untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dipercepat dari tahun
2020 menjadi tahun 2015 dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN
Community by 2015”. Tujuan dari pembentukan Komunitas ASEAN adalah untuk
lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi
politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu
menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan internal dan eksternal.
ASEAN
Community 2015 melahirkan berbagai
konsekuensi dan tantangan. ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis
produksi. Kemungkinan hilangnya peluang kerja di suatu Negara serta kemungkinan
menjadi pasar bagi Negara ASEAN lainnya yang mampu bersaing. Salah satu
Konsekuensinya yaitu kesediaan untuk
bersaing dengan tenaga kerja asing di Negeri sendiri. Oleh karena itu,
Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa
digunakan baik di dalam maupun di intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga
kerja terampil dari luar yang bisa membuat tenaga kerja dalam negeri terisolir
dan tersaingi oleh tenaga kerja asing. Pertanyaannya sudah siapkah Kita
menghadapi ASEAN Community? sudah siapkah
Kita bersaing dengan tenaga kerja asing di Negeri sendiri?
Dalam
piagam ASEAN tercantum ketetapan ASEAN untuk membentuk komunitas ASEAN tahun 2015.
Komunitas ASEAN tersebut terdiri atas 3 pilar yaitu Komunitas Politik Keamanan
ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (Iwan
Suyudhi). Berdasarkan ketiga pilar tersebut, perkembangannya juga mempengaruhi
dunia pendidikan kita baik itu dalam skala Indonesia maupun dalam kawasan Asia
Tenggara. Bagaimana wajah pendidikan kita saat ini, gedung sekolah rusak, guru
belum tersertifikasi, kemampuan membaca siswa masih peringkat 42 di dunia,
kemampuan sains siswa peringkat 40 di dunia berdasarkan survey TIMSS, publikasi
ilmiah sangat rendah, pengangguran sarjana masih tinggi.
ASEAN
Community merupakan suatu tantangan
bagi bangsa kita khususnya kaum wanita. Seluruh Negara yang tergabung dalam ASEAN
Community bangsanya akan saling
bersaing secara professional dalam berbagai bidang, sosial-politik, ekonomi dan
tak lupa juga dalam bidang pendidikan tentunya. Berbicara mengenai pendidikan
tentulah sangat erat kaitannya dengan tenaga pengajar yang dalam hal ini
mahasiswi calon guru. Sebagai mahasiswi calon guru kita harus mempersiapkan
diri kita menghadapi persaingan ini, seperti pembiasaan berada pada lingkungan
akademik internasional yang dalam hal ini yang juga berperan penting adalah
universitas.
Persiapan-persiapan
yang perlu diperhatikan dalam peranan mahasiswi calon guru menyongsong ASEAN Community 2015 khususnya dalam bidang
pendidikan yakni perlu adanya keterampilan khusus dan kompetensi dibidangnya. Calon
guru juga harus memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Mahasiswi calon
guru juga harus bermoral baik, beragama dan berideologi, menguasai teknologi
guna untuk menjalin komunikasi dengan pengajar-pengajar dari Negara ASEAN
lainnya yang dapat menunjang peningkatan pendidikan Indonesia, dan yang
terpenting lagi adalah menguasai bahasa inggris yang merupakan bahasa
internasional khususnya untuk usia produktif agar mampu bersaing dengan tenaga
kerja asing.
Perempuan
yang notabenenya sebagai anak, sebagai ibu, dan juga sebagai istri. Merupakan
sesuatu yang harus dijalani oleh sosok seorang perempuan. Perempuan harus
tangguh, kuat dan harus terlihat tegar di depan anak-anak mereka. Pendidikan
karakter yang harus dibentuk sejak dini. Pembentukan karakter tersebut memiliki
peranan penting dari guru di sekolah dan orang tua dirumah. Guru memiliki
tanggung jawab terhadap siswa mereka selama disekolah. Mahasiswi calon guru
sudah seharusnya memiliki pengetahuan tentang pendidikan karakter sejak masih
duduk dibangku perkuliahan.
Mahasiswi
masih harus belajar, belajar, dan belajar. Berkarya dan berpengalaman
dibidangnya khususnya bidang pendidikan. Agar supaya putra-putri bangsa ini
dapat bersaing dengan bangsa dari Negara lain, karena garda terdepan dalam
mencetak generasi yang cerdas, terampil dan berkompeten adalah guru.
Keberhasilan program-program yang lain jika kesehatan dijaga dan tentunya
kualitas dan kuantitas pendidikan Indonesia terus ditingkatkan.
Perbaikan-perbaikan di bidang pendidikan terus dilaksanakan.
Setiap
tahun universitas mencetak ratusan sarjana, calon intelektual muda pemimpin
bangsa yang akan menghadapi ASEAN Community.
Mahasiswi calon guru adalah diantaranya, sehingga sebelum memperolah gelar
sarjana pastikan dirimu siap dengan tantangan yang akan engkau hadapi setelah
lulus. Emansipasi wanita telah diperjuangkan oleh ibu kita tercinta ibu kita
Kartini. Tidak ada alasan bagi wanita untuk berkata “ngapain aku sekolah
tinggi-tinggi, ngapain aku belajar mati-matian toh ujung-ujungnya juga dapur”. Itu
adalah salah satu kata-kata pesimis dari seorang wanita yang tak mau berusaha
dan tak mau berkarya. Dapur bukan akhir dari segalanya, dapur itu kewajiban
wanita untuk mampu menata dan meracik bumbu-bumbu di dalamnya. Sama halnya dalam
mengajar, ruang kelas itu bagaikan dapur kita yang kita berhak untuk mengelola
apa yang ada di dalamnya agar menjadi output yang baik dan menguntungkan bagi
bangsa ini serta mampu bersaing dengan bangsa lain. Mahasiswi calon guru juga
akan menjadi calon ibu, gunakan pendekatan hati ke hati untuk membentuk karakter
anak-anak kita menjadi pribadi yang tangguh.
Perempuan-perempuan Indonesia
khususnya mahasiswi calon guru, 2015 sudah didepan mata ASEAN Community sebentar lagi akan benar-benar
terealisasi. Mari kita persiapkan diri kita dalam menghadapi hal ini dengan bermoral
yang baik, beragama dan berideologi. Berkompetensi dibidangnya, berketerampilan
khusus, serta menjadi guru yang berkompeten, guru yang cemerlang, efektif, dan
guru yang profesional.